Shalat merupakan salah satu ibadah mahdhah yang paling penting. Karena pentingnya titah tentang shalat diterima oleh Nabi Muhammad saw secara langsung dari Allah melalui peristiwa Isra mikraj tanggak 27 Rajab sekitar tahun dua sebelum hijrah. Hal ini berbeda dengan titah dan wahyu lainnya yang disampaikan oleh Allah melalui Malaikat Jibril. Sekitar lima belas abad yang silam, Nabi Muhammad SAW benar-benar mendapat ujian kenabian sekaligus ujian kemanusiaan yang sangat berat.

Pertama, problem kenabiannya diuji dimana sudah sekitar sepuluh tahunan Nabi Muhammad SAW berdakwah menyeru kepada Islam sebagai agama yang Haq, menyeru meninggalkan kekufuran dan kejahiliyahan menuju kemenangan dan berperadaban. Namun hasilnya, jika dilihat dari kuantitas pemeluk Islam, maka masih sangat terbatas. Sebagai manusia, Nabi merasa sedih. Di tanah kelahirannya sendiri, dakwah Islam yang diemban oleh Rasulullah kurang mendapat simpati para penduduk Mekah yang mayoritas kafir quraisy. Pengikut agama Islam yang dikenal assabiqunal awwalun ternyata masih bisa dihitung dengan jari jemari. Rasanya segala daya dan upaya telah tertumpah, tetapi tidak sebanding dengan pengikutnya. Maka wajar saja, Nabi Muhammad SAW merasa sedih atas problema kenabian ini. Malah pengikutnya yang sedikit itu tidak jarang mendapat perlakuan kasar, pemboikotan, intimidasi, siksaan dari orang kafir quraisy jahiliyah.

Kedua, problem kemanusiaan yang dialami Nabi Muhammad SAW begitu berat, yaitu ditinggal wafat orang-orang spesial bagi beliau, isteri tercintanya Khadijah dan pamanda Abu Thalib. Cobaan apalagi secara manusiawi yang melebihi dengan ditinggalkannya oleh orang-orang tercita? Abu Talib, pamannda sang bamper sosial politik yang sangat protektif terhadap keamanan diri Nabi Muhammad SAW dari ancaman para pembesar kafir quraisy. Khadijah, sang isteri yang membekingi sosial ekonomi dan sosial psikologis Nabi Muhammad SAW saat berdakwah mengemban risalah. Saking beratnya ujian yang dialami oleh Nabi Muhamnad SAW, tahun-tahun itu kemudian dikenal dengan ‘amul huzni (tahun kesedihan). Dari latar sosiohistoris inilah kemudian Allah mengobati hati Nabi yang sedih dengan wisata spiritual Israk mikraj yang perolehannya adalah titah shalat. Inilah shalat, inilah wisata spiritual, inilah problem solving ilahiyah yang melintas batas dan zaman.

Pada materi kedua program penguatan Dinul Islam ini bapak Sugiarto, S.Pd. akan membahas lebih rinci tentang ranah ibadah shalat. Semoga bermanfaat dan selamat menyaksikan!

By admin

8 thoughts on “Materi 2 : Hukum dan Hikmah Ibadah Sholat”
  1. Video dan materi yg sangat kaya akan makna , membangun pondasi Iman agar lebih kuat dengan ilmu ilmu yg di berikan guru guru kami. Materi ini sangat” berfaedah dan terima kasih buat guru guru kami yg senantiasa mengayomi kami

  2. Dengan adanya dinul islam ini, kami para siswa dapat mempelajari islam dari materi yang telah diberikan para guru

Tinggalkan Balasan ke SITI RAHMAWATI Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.